Selasa, 18 April 2023

Gonjang-Ganjing Penetapan Hari Raya Idul Fitri 1444 H

 Amiruddin, S.Pd

Anggota PC. GP ANSOR TORAJA RAYA


Illustrasi

Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Hari yang sering diasosiasikan sebagai hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan.

Namun, setiap tahunnya, selalu ada perbedaan pendapat mengenai kapan tepatnya hari raya Idul Fitri jatuh. Hal ini menimbulkan gonjang ganjing di kalangan masyarakat, terutama di Indonesia yang memiliki beragam ormas Islam dan pemerintah yang berwenang menetapkan awal bulan Syawal.

Kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta berbagai kriteria dan standar yang berbeda.

Salah satu ormas besar Islam Indonesia, yaitu Muhammadiyah, telah menetapkan Hari Raya Idul Fitri 2023 jatuh pada tanggal 21 April 2023, berdasarkan metode hisab hakiki wujudul hilal.

Metode ini menitikberatkan pada posisi geometris benda langit seperti Bumi, Matahari, dan Bulan.

Menurut Muhammadiyah, penentuan awal bulan Qamariah tidak perlu berdasarkan penampakan hilal, melainkan cukup dengan adanya kemungkinan wujudnya hilal.

Sementara itu, ormas Islam lainnya, yaitu Nahdlatul Ulama (NU), serta pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag), masih menunggu hasil sidang isbat yang akan diselenggarakan pada 20 April 2023.

Sidang isbat adalah rapat atau musyawarah yang dihadiri oleh para ulama, ahli astronomi, dan perwakilan ormas Islam untuk menetapkan awal bulan Syawal berdasarkan hasil hisab dan rukyat. Hisab yang digunakan adalah hisab imkanur rukyat, yaitu perhitungan kemungkinan terlihatnya hilal di suatu tempat.

Rukyat yang dilakukan adalah rukyatul hilal global, yaitu pengamatan hilal di seluruh wilayah Indonesia dan negara-negara tetangga.

Perbedaan metode hisab dan rukyat ini seringkali menimbulkan perbedaan waktu pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia.

Hal ini tentu saja menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Ada yang menganggap bahwa perbedaan ini adalah hal biasa dan tidak mengganggu persatuan umat Islam. Ada juga yang menganggap bahwa perbedaan ini adalah hal buruk dan harus dihindari demi keseragaman umat Islam.

Menurut saya, perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri ini tidak perlu dipermasalahkan terlalu jauh. Yang terpenting adalah bagaimana kita menjaga sikap saling menghormati dan menghargai antara sesama umat Islam.

Kita harus mengakui bahwa tidak ada metode yang sempurna dan tidak ada otoritas tunggal yang bisa menetapkan awal bulan Syawal secara mutlak. Kita harus menghargai keberagaman pendapat dan pandangan dalam Islam, selama tidak bertentangan dengan ajaran dasar agama.

Kita juga harus menyadari bahwa Hari Raya Idul Fitri bukanlah sekadar hari libur atau hari bersuka ria. Akan tetapi, Hari Raya Idul Fitri adalah hari untuk merayakan ketaqwaan kita kepada Allah SWT setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan.

Hari Raya Idul Fitri adalah hari untuk memohon ampun kepada Allah SWT dan sesama manusia atas segala kesalahan dan dosa yang kita perbuat. Hari Raya Idul Fitri adalah hari untuk merangkai silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah antara sesama umat Islam.

Oleh karena itu, kita tidak boleh membiarkan perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri menjadi sumber perpecahan dan pertengkaran. Bahkan sebaliknya, hendaknya momentum ini kita jadikan sebagai sarana untuk saling belajar dan mengenal lebih dalam tentang Islam dan motivasi untuk meningkatkan kualitas ibadah, akhlak, dan kedewasaan kita.

Idul Fitri adalah Hari Suka Cita, bukan Hari Menegakkan Egoisme.

Hari Raya Idul Fitri merupakan salah satu hari raya terbesar bagi umat Islam di seluruh dunia. Hari ini adalah hari yang penuh dengan suka cita, syukur, dan maaf.

Hari yang penuh dengan kebahagiaan, kedamaian, dan kasih sayang. Namun, sayangnya, tidak semua orang bisa merasakan hal indah tersebut. Ada sebagian orang yang justru menjadikan Hari Raya Idul Fitri sebagai ajang untuk menegakkan egoisme dan kesombongan.

Salah satu contoh egoisme dan kesombongan yang sering terjadi di Hari Raya Idul Fitri terdapat pada perbedaan pendapat mengenai kapan tepatnya hari raya Idul Fitri jatuh.

Seperti kita ketahui, di Indonesia ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan awal bulan Syawal, yaitu hisab dan rukyat.

Kedua metode ini seringkali menghasilkan perbedaan penetapan waktu Hari Raya Idul Fitri di Indonesia.

Hal ini menimbulkan perdebatan di antara umat Islam. Ada yang merasa paling benar dan paling taat dengan metode yang mereka ikuti.

Ada yang merasa paling superior dan paling mulia dengan metode yang mereka anut, merasa paling berhak dan paling berkuasa dengan metode yang mereka gunakan.

Padahal, seharusnya kita menyadari bahwa tidak ada metode yang sempurna dan tidak ada otoritas tunggal yang bisa menetapkan awal bulan Syawal secara mutlak. Kita harus menghormati keberagaman pendapat dan pandangan dalam Islam, selama tidak bertentangan dengan ajaran dasar agama.

Kita mestinya menghargai keputusan masing-masing kelompok untuk mengikuti metode yang mereka yakini dan mengedepankan sikap toleransi serta saling menghormati antara sesama umat Islam.

Perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri bukanlah hal yang harus dipermasalahkan terlalu jauh. Yang terpenting adalah bagaimana kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya, bagaimana kita memohon ampun kepada Allah SWT dan sesama manusia atas segala khilaf yang kita perbuat, bagaimana kita meningkatkan silaturahmi dan ukhuwah.

Hari Raya Idul Fitri adalah hari suka cita, bukan hari menegakkan egoisme. 

Hari Raya Idul Fitri adalah hari syukur, bukan hari kesombongan. Hari Raya Idul Fitri adalah hari maaf, bukan hari dendam. Hendaknya kita jadikan Hari Raya Idul Fitri sebagai hari yang membawa kebaikan dan keberkahan bagi kita semua, sebagai hari yang menyatukan dan mempersatukan, sebagai hari yang mencerminkan akhlak mulia Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW adalah teladan terbaik. Beliau adalah orang yang paling taat kepada Allah SWT, paling kasih sayang kepada sesama makhluk, dan paling rendah hati di antara manusia, paling menjaga persaudaraan dan perdamaian, orang yang paling menghormati perbedaan dan keberagaman di antara umat manusia.

Kita mestinya meneladani akhlak Rasulullah SAW dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri ini, mestinya memperbanyak bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, memaafkan dan memohon maaf kepada sesama manusia atas segala khilaf dan salah, berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang membutuhkan dan kurang beruntung, bersuka cita dan bersahabat dengan semua orang tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, atau golongan.

Dengan demikian, kita akan merasakan makna sebenarnya dari Hari Raya Idul Fitri, merasakan kebahagiaan dan kedamaian yang hakiki, merasakan kebersamaan dan keharmonisan yang nyata, dan mencapai ketaqwaan yang kokoh.

Metode Rukyatul Hilal atau Metode Hisab, mana yang paling mendekati Hadist Sahih dari Rasulullah SAW.?

Sebagaimana diketahui bersama bahwa untuk menentukan awal bulan Syawal, ada beberapa metode yang digunakan oleh umat Islam, yaitu metode rukyatul hilal dan metode hisab.

Metode rukyatul hilal adalah metode yang mengandalkan pengamatan langsung bulan sabit atau hilal di ufuk barat setelah matahari terbenam.

Metode hisab adalah metode yang mengandalkan perhitungan matematis posisi bulan berdasarkan data astronomis.

Kedua metode ini seringkali berakibat pada perbedaan waktu pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri di berbagai negara dan wilayah. Hal ini menimbulkan pertanyaan, mana metode yang paling mendekati hadist sahih dari Rasulullah SAW.?

Hadist sahih adalah perkataan atau perbuatan Rasulillah SAW. yang telah dipastikan kebenaran dan keasliannya oleh para ulama hadist.

Dalam hal ini, kita harus kembali kepada sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Quran dan Hadist.

Al-Quran adalah firman Allah SWT. yang diturunkan kepada Rasulillah SAW. melalui malaikat Jibril.

Hadist adalah segala ucapan, perbuatan, dan ketetapan Rasulillah SAW, yang menjadi contoh dan pedoman bagi umat Islam.

Dalam Al-Quran, Allah SWT. berfirman:

Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi." Tetapi tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kekuasaan Allah) dan peringatan-peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman." (QS. Yunus: 101)

"Dan Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui." (QS. Yunus: 5)

Dari ayat-ayat di atas, kita dapat memahami bahwa Allah SWT. telah menciptakan matahari dan bulan sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya dan sebagai alat untuk menghitung waktu. Allah SWT, juga telah menetapkan manzilah-manzilah atau fase-fase bagi perjalanan bulan itu, termasuk hilal atau bulan sabit. Dalam Hadist, Rasulullah SAW, bersabda:

"Berpuasalah kamu apabila melihatnya (hilal) dan berbukalah apabila melihatnya (hilal), jika ia tertutup (berawan) maka sempurnakanlah bilangan (hari) Sya'ban tiga puluh hari." (HR. Bukhari dan Muslim) "Janganlah kamu berpuasa sebelum datangnya bulan (Ramadan) dan janganlah kamu berbuka sebelum hilangnya bulan (Syawal), jika terhalang awannya maka hitunglah tiga puluh hari." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadist di atas, kita dapat memahami bahwa Rasulullah SAW telah menetapkan awal bulan Ramadan dan Syawal berdasarkan rukyatul hilal atau pengamatan langsung bulan sabit.

Jika hilal tidak terlihat karena cuaca berawan atau faktor lainnya, maka Rasulullah SAW. menetapkan untuk menghitung tiga puluh hari dari bulan sebelumnya.

Berdasarkan Al-Quran dan Sunnah, kita dapat menyimpulkan bahwa metode rukyatul hilal adalah metode yang paling mendekati hadist sahih dari Rasulullah SAW.

Metode ini sesuai dengan perintah Allah SWT. untuk memperhatikan apa yang ada di langit dan di bumi sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya. Metode ini juga sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW yang menetapkan awal bulan berdasarkan penglihatan mata.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa metode hisab tidak memiliki dasar sama sekali. Metode hisab juga didasarkan pada data astronomis yang merupakan hasil dari pengamatan dan perhitungan ilmiah terhadap benda-benda langit.

Metode hisab juga mencerminkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh umat Islam, juga dapat membantu dalam mengatasi kesulitan atau ketidakpastian dalam melakukan rukyatul hilal.

Oleh karena itu, kita tidak boleh menolak atau menghina metode hisab secara mutlak. Bahkan kita mestinya mengakui bahwa metode hisab juga memiliki kelebihannya sendiri, menghargai usaha dan niat baik dari para ahli hisab yang berusaha untuk menentukan awal bulan Syawal dengan cara yang mereka yakini.

Kita tidak boleh memaksakan atau membanggakan metode rukyatul hilal secara mutlak, dan mestinya menyadari bahwa metode rukyatul hilal juga memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri.

Kita harus menghormati kesaksian dan keshahihan dari para ahli rukyat yang berusaha untuk menentukan awal bulan Syawal dengan cara yang mereka yakini.

Kita harus menjaga sikap saling menghormati dan menghargai antara sesama umat Islam yang menggunakan metode rukyatul hilal atau metode hisab, menjaga persatuan dan persaudaraan di antara umat Islam yang merayakan Hari Raya Idul Fitri pada hari yang berbeda, menjaga toleransi dan saling menghormati di antara umat Islam yang memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda.

Semoga Allah SWT menurunkan rahmat dan hidayah-Nya, dan menerima amal ibadah kita, serta memberikan kita kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan Ramadhan yang akan datang, juga menjadikan kita termasuk orang-orang yang berbahagia di Hari Raya Idul Fitri ini.

Kesimpulan

Rasulullah SAW bersabda:

Barangsiapa yang menaati pemimpin (pemerintah), maka ia telah menaati saya. Dan barangsiapa yang mendurhakai pemimpin (pemerintah), maka ia telah mendurhakai saya (HR. Bukhari no. 2957 dan Muslim no. 1840).

 

Hadits ini menegaskan bahwa umat Islam harus taat kepada pemimpin atau pemerintah yang sah, selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Ketaatan kepada pemimpin atau pemerintah merupakan bagian dari ketaatan kepada Rasulullah SAW.

 

Wallahu A’lam Bisshowwab..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALENDER AKADEMIK MTsN 1 TANA TORAJA 2025-2026

Kalender Akademik MTsN 1 Tana Toraja 2025/2026 Kalender...