Kamis, 20 April 2023

Sang Penghormat Ufuk

Penasagala

Bihulo 30 Ramdhan 1444 H


Senja mulai pudar, cahaya mentari perlahan sirna dari setengah bagian mayapada. Kicau burung tak lagi terdengar berganti suara jangkrik bersahutan, seiring kegelapan menyelimuti keheningan desa.

Desa yang terletak di antara bukit-bukit hijau menjulang. Tak ada listrik dan fasilitas modern lainnya. Hanya ada kehidupan yang sederhana dan tradisional, mengikuti irama alam.

Penduduknya bercocok tanam dan berternak dengan penuh sahaja. Namun, syukur atas karunia Tuhan dan doa penuh harapan, senantiasa terdengar lembut dari rumah-rumah, mereka hidup rukun, tolong menolong, dan menjunjung tinggi nilai-nilai adat.

Sedikit ke arah timur desa, berdiri sebuah masjid tua, sederhana namun kokoh, selalu menjadi tempat berkumpul, sujud dan dzikir bersama, mengalunkan ayat suci dengan syahdu. Tempat mereka merayakan hari-hari besar Islam, seperti Idul Fitri dan Idul Adha, juga tempat mereka bermusyawarah bergotong royong untuk urusan bersama.

Sebelah utara di pinggir hutan lebat, mengalir sebuah sungai jernih dan segar, salah satu sumber kehidupan bagi penduduk desa, tempat mandi, mencuci, dan bermain, juga menangkap ikan. Tempat mereka menikmati indahnya alam yang memanjakan mata.

Di seberang sungai itu, lestari sebuah hutan lebat nan rimbun, menjadi tempat mengambil kayu bakar dan berburu.

Serba sederhana namun damai dan indah. Desa yang menjadi saksi atas kehidupan sederhana, namun bahagia.

Di tengah kesunyian yang makin sendu, beberapa cercah cahaya pelita dari rumah-rumah panggung, menyala satu per satu, meski tak mampu mengalahkan pekatnya kegelapan, namun setidaknya ia menjadi sedikit penerang bagi sang penghuni rumah.

Tak lama kemudian suara azan berkumadang, suaranya asli, iramanya unik, lalu dzikir dan ayat suci pun terdengar, mengalun merdu dari masjid tua dan setiap titik-titik cahaya kecil di kejauhan.

Aku masih ingat betul saat itu, usiaku mungkin sekitar lima tahun, tinggal bersama kakek dan nenek di desa kecil itu. Desa pelosok, yang jauh dari hiruk pikuk kota.

Hanya mengandalkan pelita dari lampu minyak sebagai penerang, dan radio transistor untuk menghibur malam kami, damai dan harmonis.

Aku Kagum pada Kakekku. Seorang petani yang jujur dan bersahaja, penyayom yang bijaksana dan adil, muslim yang taat dan cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Suatu hari, di akhir bulan Sya'ban, beliau mengajakku keluar rumah setelah shalat maghrib. Aku penasaran apa yang akan kami lakukan.

Aku dibawa ke sebuah tanah lapang di tengah kampung. Di sana sudah berkumpul beberapa orang lainnya, yang juga membawa anak-anak atau cucu-cucunya.

Kakekku menunjuk ke arah ufuk barat, tempat matahari terbenam.
"Lihatlah, nak," katanya dengan suara lembut.
"Itu adalah ufuk. Tempat di mana langit dan bumi bertemu. Tempat di mana kita bisa melihat hilal." ujarnya sambil menunjuk ke arah Barat.
"Hilal? Apa itu hilal, Kek?" tanyaku polos.
"Hilal adalah bulan sabit yang muncul setelah matahari terbenam. Bulan sabit itu menandakan awal bulan baru dalam kalender Islam. Jika kita bisa melihat hilal di akhir bulan Sya'ban, berarti besok kita mulai berpuasa." jelasnya dengan raut wajah agak serius.
"Berpuasa? Apa itu berpuasa, Kek?" tanyaku lagi.
"Berpuasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa dari subuh hingga maghrib selama sebulan penuh. Bulan itu disebut Ramadhan. Bulan yang penuh berkah dan ampunan. Bulan di mana kita harus lebih banyak beribadah, bersedekah, dan berbuat baik kepada sesama." terangnya.
"Mengapa kita harus berpuasa, Kek?" tanyaku lagi.
"Kita berpuasa karena Allah memerintahkan kita untuk melakukannya. Kita berpuasa untuk mendekatkan diri kepada Allah, untuk membersihkan jiwa dan hati kita dari dosa-dosa, untuk merasakan lapar dan hausnya orang-orang tak mampu, untuk meningkatkan ketaqwaan dan kesabaran kita."
jawabnya detail.

Aku mengangguk-angguk, mencoba memahami apa yang dikatakannya. Aku merasa bangga, bahwa aku akan segera berpuasa seperti orang dewasa.

Kakekku kemudian mengangkat tangannya ke arah ufuk barat, seperti orang sedang hormat, atau kadang kala tangannya membentuk lingkaran kemudian diletakkan di salah satu matanya, sambil memicingkan yang lain, dan memandang dengan seksama ke arah ufuk barat. Aku pun menirunya dengan canggung.
"Apa yang sedang Kakek lakukan?" tanyaku.

"Kita sedang mencari hilal, nak," jawabnya.

"Kita harus melihatnya dengan jelas dan pasti secara langsung, sebelum mulai puasa esok hari. Atau paling tidak, salah satu dari kita melihatnya dengan yakin, tidak boleh dengan perkiraan atau dugaan." lanjutnya.
"Mengapa begitu, Kek?" tanyaku lagi.

"Karena itu adalah sunnah Nabi Muhammad SAW, nak," jawabnya.
"Beliau bersabda: 'Janganlah kamu berpuasa sampai kamu melihat hilal (bulan baru), dan janganlah kamu berbuka sampai kamu melihat hilal (bulan baru). Jika langit mendung (berawan) maka hitunglah (genapkan) bulannya menjadi tiga puluh hari.' (HR. Bukhari dan Muslim)." lanjutnya dengan mengutip hadist.

"Jadi kita harus mengikuti apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW?" tanyaku.
"Iya, nak," jawabnya.
"Kita harus mengikuti apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, karena beliau adalah contoh terbaik bagi kita. Beliau adalah orang yang paling tahu tentang agama kita. Beliau adalah orang yang paling dekat dengan Allah. Beliau adalah orang yang paling dicintai oleh Allah."
Aku kagum dengan kakekku. Aku merasa beruntung memiliki kakek yang begitu taat dan cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Kami terus memandang ke arah ufuk barat, menunggu hilal muncul.

Aku merasakan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan wajahku. Sesekali terdengar suara burung malam dari sudut keremangan malam.

Aku melihat langit berubah warna dari biru ke merah ke ungu.
Tiba-tiba, kakekku berseru.
"Aahh! Besok kita puasa!" katanya dengan gembira.
Aku cepat-cepat melihat ke arah yang ditunjuknya. Dan benar saja, di sana ada bulan sabit yang tipis dan putih, seperti senyum di wajah kakekku.
"Subhanallah! Allahu Akbar!" serunya sambil mengangkat kedua tangannya.
"Subhanallah! Allahu Akbar!" seruku menirunya, diiringi orang-orang di sekitar kami.

Mereka saling berpelukan dan berjabat tangan, mengucapkan selamat datang Ramadhan, kepada satu sama lain.

Kakekku merangkulku, terasa suasana syukur dan gembira, hangat dan bahagia. Inilah kali pertama aku betul-betul menyadari dan merasakan ajaib dan berkahnya bulan mulia ini. Bulan Ramadhan.

Itulah kenangan sang penghormat ufuk. Kenangan yang tak akan pernah kulupakan. Kenangan yang mengajarkanku tentang makna kesederhanaan dan kebersahajaan. Kenangan yang menginspirasiku untuk berusaha setia pada manusia agung, Muhammad SAW.

Saat ini aku sudah di perantauan. Suasananya sudah jauh berbeda, fasilitas dunia modern sudah tersedia dengan lengkap.

Alat canggih dan modern untuk menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri, sudah berkembang pesat.

Tapi kenangan itu tetap membekas takkan terlupakan, kenangan Sang Penghormat Ufuk, kakekku sendiri.


Sampai saat ini, terkadang aku masih tetap mencoba untuk melihat hilal di akhir akhir Sya'ban dan Syawal, meski itu hanya upaya kecil mengais kenangan, sebab kini dunia sudah berbeda.

Namun yang pasti, tetap menjalankan puasa dengan ikhlas, berusaha meraih predikat taqwa, berproses menjadi orang yang lebih baik, dan bermanfaat bagi sesama. Seperti pesan kakekku, “Orang kaya itu, adalah mereka yang banyak syukur, dan banyak berbagi kebahagiaan dengan siapa pun”

Karena aku tahu, bahwa itu adalah cara terbaik untuk menghormati kakekku, Nabi Muhammad SAW, dan Allah SWT.

Selasa, 18 April 2023

Gonjang-Ganjing Penetapan Hari Raya Idul Fitri 1444 H

 Amiruddin, S.Pd

Anggota PC. GP ANSOR TORAJA RAYA


Illustrasi

Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Hari yang sering diasosiasikan sebagai hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan.

Namun, setiap tahunnya, selalu ada perbedaan pendapat mengenai kapan tepatnya hari raya Idul Fitri jatuh. Hal ini menimbulkan gonjang ganjing di kalangan masyarakat, terutama di Indonesia yang memiliki beragam ormas Islam dan pemerintah yang berwenang menetapkan awal bulan Syawal.

Kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta berbagai kriteria dan standar yang berbeda.

Salah satu ormas besar Islam Indonesia, yaitu Muhammadiyah, telah menetapkan Hari Raya Idul Fitri 2023 jatuh pada tanggal 21 April 2023, berdasarkan metode hisab hakiki wujudul hilal.

Metode ini menitikberatkan pada posisi geometris benda langit seperti Bumi, Matahari, dan Bulan.

Menurut Muhammadiyah, penentuan awal bulan Qamariah tidak perlu berdasarkan penampakan hilal, melainkan cukup dengan adanya kemungkinan wujudnya hilal.

Sementara itu, ormas Islam lainnya, yaitu Nahdlatul Ulama (NU), serta pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag), masih menunggu hasil sidang isbat yang akan diselenggarakan pada 20 April 2023.

Sidang isbat adalah rapat atau musyawarah yang dihadiri oleh para ulama, ahli astronomi, dan perwakilan ormas Islam untuk menetapkan awal bulan Syawal berdasarkan hasil hisab dan rukyat. Hisab yang digunakan adalah hisab imkanur rukyat, yaitu perhitungan kemungkinan terlihatnya hilal di suatu tempat.

Rukyat yang dilakukan adalah rukyatul hilal global, yaitu pengamatan hilal di seluruh wilayah Indonesia dan negara-negara tetangga.

Perbedaan metode hisab dan rukyat ini seringkali menimbulkan perbedaan waktu pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia.

Hal ini tentu saja menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Ada yang menganggap bahwa perbedaan ini adalah hal biasa dan tidak mengganggu persatuan umat Islam. Ada juga yang menganggap bahwa perbedaan ini adalah hal buruk dan harus dihindari demi keseragaman umat Islam.

Menurut saya, perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri ini tidak perlu dipermasalahkan terlalu jauh. Yang terpenting adalah bagaimana kita menjaga sikap saling menghormati dan menghargai antara sesama umat Islam.

Kita harus mengakui bahwa tidak ada metode yang sempurna dan tidak ada otoritas tunggal yang bisa menetapkan awal bulan Syawal secara mutlak. Kita harus menghargai keberagaman pendapat dan pandangan dalam Islam, selama tidak bertentangan dengan ajaran dasar agama.

Kita juga harus menyadari bahwa Hari Raya Idul Fitri bukanlah sekadar hari libur atau hari bersuka ria. Akan tetapi, Hari Raya Idul Fitri adalah hari untuk merayakan ketaqwaan kita kepada Allah SWT setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan.

Hari Raya Idul Fitri adalah hari untuk memohon ampun kepada Allah SWT dan sesama manusia atas segala kesalahan dan dosa yang kita perbuat. Hari Raya Idul Fitri adalah hari untuk merangkai silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah antara sesama umat Islam.

Oleh karena itu, kita tidak boleh membiarkan perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri menjadi sumber perpecahan dan pertengkaran. Bahkan sebaliknya, hendaknya momentum ini kita jadikan sebagai sarana untuk saling belajar dan mengenal lebih dalam tentang Islam dan motivasi untuk meningkatkan kualitas ibadah, akhlak, dan kedewasaan kita.

Idul Fitri adalah Hari Suka Cita, bukan Hari Menegakkan Egoisme.

Hari Raya Idul Fitri merupakan salah satu hari raya terbesar bagi umat Islam di seluruh dunia. Hari ini adalah hari yang penuh dengan suka cita, syukur, dan maaf.

Hari yang penuh dengan kebahagiaan, kedamaian, dan kasih sayang. Namun, sayangnya, tidak semua orang bisa merasakan hal indah tersebut. Ada sebagian orang yang justru menjadikan Hari Raya Idul Fitri sebagai ajang untuk menegakkan egoisme dan kesombongan.

Salah satu contoh egoisme dan kesombongan yang sering terjadi di Hari Raya Idul Fitri terdapat pada perbedaan pendapat mengenai kapan tepatnya hari raya Idul Fitri jatuh.

Seperti kita ketahui, di Indonesia ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan awal bulan Syawal, yaitu hisab dan rukyat.

Kedua metode ini seringkali menghasilkan perbedaan penetapan waktu Hari Raya Idul Fitri di Indonesia.

Hal ini menimbulkan perdebatan di antara umat Islam. Ada yang merasa paling benar dan paling taat dengan metode yang mereka ikuti.

Ada yang merasa paling superior dan paling mulia dengan metode yang mereka anut, merasa paling berhak dan paling berkuasa dengan metode yang mereka gunakan.

Padahal, seharusnya kita menyadari bahwa tidak ada metode yang sempurna dan tidak ada otoritas tunggal yang bisa menetapkan awal bulan Syawal secara mutlak. Kita harus menghormati keberagaman pendapat dan pandangan dalam Islam, selama tidak bertentangan dengan ajaran dasar agama.

Kita mestinya menghargai keputusan masing-masing kelompok untuk mengikuti metode yang mereka yakini dan mengedepankan sikap toleransi serta saling menghormati antara sesama umat Islam.

Perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri bukanlah hal yang harus dipermasalahkan terlalu jauh. Yang terpenting adalah bagaimana kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya, bagaimana kita memohon ampun kepada Allah SWT dan sesama manusia atas segala khilaf yang kita perbuat, bagaimana kita meningkatkan silaturahmi dan ukhuwah.

Hari Raya Idul Fitri adalah hari suka cita, bukan hari menegakkan egoisme. 

Hari Raya Idul Fitri adalah hari syukur, bukan hari kesombongan. Hari Raya Idul Fitri adalah hari maaf, bukan hari dendam. Hendaknya kita jadikan Hari Raya Idul Fitri sebagai hari yang membawa kebaikan dan keberkahan bagi kita semua, sebagai hari yang menyatukan dan mempersatukan, sebagai hari yang mencerminkan akhlak mulia Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW adalah teladan terbaik. Beliau adalah orang yang paling taat kepada Allah SWT, paling kasih sayang kepada sesama makhluk, dan paling rendah hati di antara manusia, paling menjaga persaudaraan dan perdamaian, orang yang paling menghormati perbedaan dan keberagaman di antara umat manusia.

Kita mestinya meneladani akhlak Rasulullah SAW dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri ini, mestinya memperbanyak bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, memaafkan dan memohon maaf kepada sesama manusia atas segala khilaf dan salah, berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang membutuhkan dan kurang beruntung, bersuka cita dan bersahabat dengan semua orang tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, atau golongan.

Dengan demikian, kita akan merasakan makna sebenarnya dari Hari Raya Idul Fitri, merasakan kebahagiaan dan kedamaian yang hakiki, merasakan kebersamaan dan keharmonisan yang nyata, dan mencapai ketaqwaan yang kokoh.

Metode Rukyatul Hilal atau Metode Hisab, mana yang paling mendekati Hadist Sahih dari Rasulullah SAW.?

Sebagaimana diketahui bersama bahwa untuk menentukan awal bulan Syawal, ada beberapa metode yang digunakan oleh umat Islam, yaitu metode rukyatul hilal dan metode hisab.

Metode rukyatul hilal adalah metode yang mengandalkan pengamatan langsung bulan sabit atau hilal di ufuk barat setelah matahari terbenam.

Metode hisab adalah metode yang mengandalkan perhitungan matematis posisi bulan berdasarkan data astronomis.

Kedua metode ini seringkali berakibat pada perbedaan waktu pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri di berbagai negara dan wilayah. Hal ini menimbulkan pertanyaan, mana metode yang paling mendekati hadist sahih dari Rasulullah SAW.?

Hadist sahih adalah perkataan atau perbuatan Rasulillah SAW. yang telah dipastikan kebenaran dan keasliannya oleh para ulama hadist.

Dalam hal ini, kita harus kembali kepada sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Quran dan Hadist.

Al-Quran adalah firman Allah SWT. yang diturunkan kepada Rasulillah SAW. melalui malaikat Jibril.

Hadist adalah segala ucapan, perbuatan, dan ketetapan Rasulillah SAW, yang menjadi contoh dan pedoman bagi umat Islam.

Dalam Al-Quran, Allah SWT. berfirman:

Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi." Tetapi tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kekuasaan Allah) dan peringatan-peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman." (QS. Yunus: 101)

"Dan Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui." (QS. Yunus: 5)

Dari ayat-ayat di atas, kita dapat memahami bahwa Allah SWT. telah menciptakan matahari dan bulan sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya dan sebagai alat untuk menghitung waktu. Allah SWT, juga telah menetapkan manzilah-manzilah atau fase-fase bagi perjalanan bulan itu, termasuk hilal atau bulan sabit. Dalam Hadist, Rasulullah SAW, bersabda:

"Berpuasalah kamu apabila melihatnya (hilal) dan berbukalah apabila melihatnya (hilal), jika ia tertutup (berawan) maka sempurnakanlah bilangan (hari) Sya'ban tiga puluh hari." (HR. Bukhari dan Muslim) "Janganlah kamu berpuasa sebelum datangnya bulan (Ramadan) dan janganlah kamu berbuka sebelum hilangnya bulan (Syawal), jika terhalang awannya maka hitunglah tiga puluh hari." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadist di atas, kita dapat memahami bahwa Rasulullah SAW telah menetapkan awal bulan Ramadan dan Syawal berdasarkan rukyatul hilal atau pengamatan langsung bulan sabit.

Jika hilal tidak terlihat karena cuaca berawan atau faktor lainnya, maka Rasulullah SAW. menetapkan untuk menghitung tiga puluh hari dari bulan sebelumnya.

Berdasarkan Al-Quran dan Sunnah, kita dapat menyimpulkan bahwa metode rukyatul hilal adalah metode yang paling mendekati hadist sahih dari Rasulullah SAW.

Metode ini sesuai dengan perintah Allah SWT. untuk memperhatikan apa yang ada di langit dan di bumi sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya. Metode ini juga sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW yang menetapkan awal bulan berdasarkan penglihatan mata.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa metode hisab tidak memiliki dasar sama sekali. Metode hisab juga didasarkan pada data astronomis yang merupakan hasil dari pengamatan dan perhitungan ilmiah terhadap benda-benda langit.

Metode hisab juga mencerminkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh umat Islam, juga dapat membantu dalam mengatasi kesulitan atau ketidakpastian dalam melakukan rukyatul hilal.

Oleh karena itu, kita tidak boleh menolak atau menghina metode hisab secara mutlak. Bahkan kita mestinya mengakui bahwa metode hisab juga memiliki kelebihannya sendiri, menghargai usaha dan niat baik dari para ahli hisab yang berusaha untuk menentukan awal bulan Syawal dengan cara yang mereka yakini.

Kita tidak boleh memaksakan atau membanggakan metode rukyatul hilal secara mutlak, dan mestinya menyadari bahwa metode rukyatul hilal juga memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri.

Kita harus menghormati kesaksian dan keshahihan dari para ahli rukyat yang berusaha untuk menentukan awal bulan Syawal dengan cara yang mereka yakini.

Kita harus menjaga sikap saling menghormati dan menghargai antara sesama umat Islam yang menggunakan metode rukyatul hilal atau metode hisab, menjaga persatuan dan persaudaraan di antara umat Islam yang merayakan Hari Raya Idul Fitri pada hari yang berbeda, menjaga toleransi dan saling menghormati di antara umat Islam yang memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda.

Semoga Allah SWT menurunkan rahmat dan hidayah-Nya, dan menerima amal ibadah kita, serta memberikan kita kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan Ramadhan yang akan datang, juga menjadikan kita termasuk orang-orang yang berbahagia di Hari Raya Idul Fitri ini.

Kesimpulan

Rasulullah SAW bersabda:

Barangsiapa yang menaati pemimpin (pemerintah), maka ia telah menaati saya. Dan barangsiapa yang mendurhakai pemimpin (pemerintah), maka ia telah mendurhakai saya (HR. Bukhari no. 2957 dan Muslim no. 1840).

 

Hadits ini menegaskan bahwa umat Islam harus taat kepada pemimpin atau pemerintah yang sah, selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Ketaatan kepada pemimpin atau pemerintah merupakan bagian dari ketaatan kepada Rasulullah SAW.

 

Wallahu A’lam Bisshowwab..

Sabtu, 07 Januari 2023

Menakar dampak Teknologi di Masa Depan


Ilustrastion, Future technology
                Pesatnya perkembangan teknologi telah mengubah cara hidup manusia selama beberapa dekade terakhir. Mulai dari kemajuan dalam komunikasi, transportasi, hingga pengolahan informasi, teknologi telah membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih efisien dan produktif.

Di masa depan, diperkirakan perkembangan teknologi akan terus berlangsung dengan cepat. Ada banyak spekulasi tentang bagaimana teknologi akan terus memengaruhi kehidupan manusia di masa depan, dan ini akan menimbulkan banyak pertanyaan dan harapan bagi kehidupan manusia di masa yang akan datang.

Salah satu yang mungkin akan terjadi adalah kemajuan dalam teknologi komunikasi yang akan semakin mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan orang lain, terlepas dari jarak dan waktu. Ini akan membantu kita untuk terus terhubung dengan orang yang kita sayangi, serta mempermudah kita untuk bekerja dan belajar secara online.

Teknologi transportasi juga akan terus berkembang, dengan munculnya kendaraan yang lebih ramah lingkungan, seperti mobil listrik dan pesawat terbang tanpa emisi. Ini akan membantu kita untuk terus menjelajahi dunia tanpa harus merusak lingkungan.

Selain itu, teknologi juga akan membantu kita dalam pengolahan informasi. Dengan kemajuan dalam komputasi dan pembelajaran mesin, kita akan dapat mengakses dan memproses informasi dengan lebih cepat dan akurat. Ini akan membantu kita untuk membuat keputusan yang lebih tepat dan menyelesaikan masalah dengan lebih efisien.

Meskipun perkembangan teknologi akan membawa banyak kemajuan bagi kehidupan manusia di masa depan, ada juga kekhawatiran tentang bagaimana teknologi akan memengaruhi pekerjaan manusia. Ada kekhawatiran bahwa teknologi akan menggantikan banyak pekerjaan manusia, terutama pekerjaan yang bersifat mekanis atau yang dapat dilakukan oleh komputer. Namun, ada juga pendapat bahwa teknologi akan membuka banyak peluang kerja baru yang tidak dapat dilakukan oleh manusia.

Dalam menghadapi perkembangan teknologi yang cepat, penting bagi kita sebagai manusia untuk terus belajar dan beradaptasi. Kita harus memahami teknologi yang ada, serta menggunakannya dengan bijak demi kebaikan kita sendiri dan orang lain. Kita juga harus mempertahankan kemampuan kita sebagai manusia, seperti kemampuan berfikir kritis, empati, dan komunikasi, yang merupakan kemampuan yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Selain itu, kita juga harus memperhatikan dampak teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat, serta memastikan bahwa teknologi digunakan dengan cara yang adil dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat.

Di masa depan, diharapkan bahwa teknologi akan terus membantu kita dalam menyelesaikan banyak masalah yang dihadapi oleh manusia saat ini. Misalnya, teknologi mungkin akan membantu kita dalam menyelesaikan masalah kelangkaan energi, dengan memperkenalkan sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan terbarukan. Teknologi juga mungkin akan membantu kita dalam menangani masalah kesehatan, dengan memperkenalkan obat-obatan yang lebih efektif, sistem perawatan kesehatan yang lebih baik, dan pencegahan penyakit yang lebih efektif.

Namun, ada juga kekhawatiran tentang bagaimana teknologi akan digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, seperti dalam kejahatan cyber atau pencemaran privasi. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa teknologi digunakan dengan bijak dan dalam batas-batas yang telah ditetapkan, serta memastikan bahwa ada mekanisme untuk mengatur dan mengawasi penggunaan teknologi agar tidak merugikan orang lain.

Dalam menghadapi perkembangan teknologi yang cepat, kita harus memperlakukannya sebagai peluang untuk memperbaiki kehidupan kita, bukan sebagai ancaman. Dengan cara ini, kita dapat memanfaatkan teknologi sebaik-baiknya demi masa depan yang lebih baik bagi kehidupan manusia.

Selain itu, dalam menghadapi perkembangan teknologi yang cepat, penting bagi kita untuk memperhatikan aspek etis dan sosial dari teknologi. Teknologi tidak hanya memiliki dampak positif bagi kehidupan manusia, tetapi juga dapat memiliki dampak negatif jika tidak digunakan dengan bijak. Kita harus memastikan bahwa teknologi tidak digunakan untuk menguntungkan segelintir orang saja, tetapi juga merata bagi kepentingan masyarakat luas.

Kita juga harus mempertimbangkan dampak sosial dari teknologi, seperti bagaimana teknologi akan memengaruhi hubungan sosial, keberagaman, dan kesetaraan. Kita harus memastikan bahwa teknologi tidak memperparah ketimpangan yang ada, tetapi justru membantu mengurangi ketimpangan tersebut.

Oleh karena itu, kita harus terus mempertimbangkan dampak etis dan sosial dari teknologi yang ada, serta memastikan bahwa teknologi digunakan secara adil dan merata bagi kepentingan masyarakat luas. Dengan cara ini, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi kehidupan manusia di tengah perkembangan teknologi yang cepat.


By. Amiruddin, S.Pd

Sabtu, 24 Desember 2022

Kajian Bilangan dalam Agama-agama Dunia

 Amiruddin, S.Pd, Guru MTsN 1 Tana Toraja



           Bilangan merupakan salah satu konsep dasar yang sering digunakan dalam berbagai agama di seluruh dunia. Dalam beberapa agama, bilangan-bilangan tertentu memiliki makna simbolik yang khusus dan seringkali dianggap sebagai symbol keagungan atau kekuatan.

Berikut adalah beberapa contoh, tentang bagaimana bilangan memiliki makna simbolik dalam agama-agama di seluruh dunia:

1.          Agama Islam

Di agama Islam, misalnya, bilangan 19 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut Al-Qur'an, bilangan 19 merupakan bilangan yang dijadikan sebagai tanda kekuatan dan keagungan Allah, karena Allah telah mengatur seluruh alam semesta dan menciptakan 19 pasang malaikat yang bertugas mengatur berbagai hal di dunia.

Begitu juga dengan bilangan 5 yang memiliki makna sangat khusus. Menurut ajaran Islam, bilangan 5 merupakan simbol dari "Lima Rukun Islam", atau 5 prinsip dasar dalam agama Islam yang harus diikuti oleh seluruh umat Islam.

Beberapa bilangan yang memiliki makna khusus dalam Islam adalah:

  1. Bilangan 1 merupakan simbol dari Tuhan yang Esa atau monoteisme.
  2. Bilangan 2 merupakan simbol dari dua kalimat syahadat yang harus diucapkan oleh seorang muslim.
  3. Bilangan 5 merupakan simbol dari lima rukun Islam yang harus diikuti oleh seluruh umat Islam, yaitu shalat, zakat, puasa, haji, dan syahadat.
  4. Bilangan 7 merupakan simbol dari tujuh surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa.
  5. Bilangan 9 merupakan simbol dari sembilan bulan kehamilan seorang ibu.
  6. Bilangan 10 merupakan simbol dari sepuluh hari yang terakhir dalam bulan Ramadan, yaitu "Ashar al-Hurum" atau sepuluh hari terakhir yang dianggap paling mulia dan berkat.
  7. Bilangan 13 merupakan simbol dari tiga belas waktu shalat yang harus dikerjakan setiap hari oleh seorang muslim.
  8. Bilangan 99 merupakan simbol dari sembilan puluh sembilan nama-nama Allah yang dianggap sebagai sifat-sifat kebesaran Tuhan. 

2.          Agama Kristen

Di agama Kristen, bilangan 3 seringkali dianggap sebagai bilangan yang istimewa. Menurut ajaran Kristen, bilangan 3 merupakan simbol dari Trinitas, yaitu Father (Bapa), Son (Anak), dan Holy Spirit (Roh Kudus). Bilangan 3 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang kekuatan dan keabadian, seperti dalam kisah tentang Yesus yang bangkit kembali pada hari ketiga setelah dicatat mati. Di agama Kristiani, bilangan 7 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Kristiani, bilangan 7 merupakan simbol dari "Tujuh Sakramen", atau 7 ritus yang dianggap sebagai simbol kekuatan dan keabadian dalam hidup. Bilangan 7 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang keberuntungan dan kebahagiaan.

Bilangan 12 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Kristiani, bilangan 12 merupakan simbol dari "Dua Belas Rasul", atau 12 rasul yang dianggap sebagai simbol kekuatan dan keabadian dalam hidup. Bilangan 12 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang keberuntungan dan kebahagiaan.

3.          Agama Yahudi

Di agama Yahudi, bilangan 4 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Yahudi, bilangan 4 merupakan simbol dari "Arba'ah Minim", atau 4 jenis buah-buahan yang harus dibawa dalam perayaan Sukkot. Bilangan 4 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang kekuatan dan keabadian.

Bilangan 3 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Yahudi, bilangan 3 merupakan simbol dari "Shema", atau 3 kalimat yang harus dibaca setiap hari. Bilangan 3 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang kekuatan dan keabadian.

Bilangan 7 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Yahudi, bilangan 7 merupakan simbol dari "Sheva Mitzvot B'nai Noach", atau 7 perintah yang harus diikuti oleh semua umat manusia. Bilangan 7 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang kekuatan dan keabadian.

4.          Agama Hindu

Di agama Hindu, bilangan 4 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Hindu, bilangan 4 merupakan simbol dari "Chaturvyuh", atau 4 bentuk yang dianggap sebagai simbol kekuatan dan keabadian dalam hidup. Bilangan 4 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang keberuntungan dan kebahagiaan.

Bilangan 12 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Hindu, bilangan 12 merupakan simbol dari "Dvadasha Aditya", atau 12 dewa matahari yang dianggap sebagai simbol kekuatan dan keabadian dalam hidup. Bilangan 12 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang keberuntungan dan kebahagiaan.

Bilangan 108 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Hindu, bilangan 108 merupakan simbol dari "Ashtadasha Shakti Peetha", atau 108 tempat kuil yang dianggap sebagai simbol kekuatan dan keabadian dalam hidup. Bilangan 108 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang keberuntungan dan kebahagiaan.

5.          Agama Buddha

Di agama Buddha, bilangan 8 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Buddha, bilangan 8 merupakan simbol dari "Asta Mangala", atau 8 keberuntungan yang dianggap sebagai simbol keberuntungan dan kebahagiaan dalam hidup.

6.          Agama Konfusianisme

Di agama Konfusianisme, bilangan 5 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Konfusianisme, bilangan 5 merupakan simbol dari "Wu Xing", atau 5 elemen yang dianggap sebagai simbol kekuatan dan keabadian dalam hidup. Bilangan 5 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang keberuntungan dan kebahagiaan.

7.          Agama Zoroastrianisme

Di agama Zoroastrianisme, bilangan 6 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Zoroastrianisme, bilangan 6 merupakan simbol dari "Hexameter", atau 6 versi dari doa yang harus dibaca setiap hari. Bilangan 6 juga sering dianggap sebagai simbol kemakmuran dan kebahagiaan.

8.          Agama Baha’i

Di agama Bahá'í, bilangan 9 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Bahá'í, bilangan 9 merupakan simbol dari "Haft Vadi", atau 7 taman yang dianggap sebagai simbol keabadian dan kekekalan dalam hidup. Bilangan 9 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang kebahagiaan dan kemakmuran.

9.          Agama Jainisme

Di agama Jainisme, bilangan 5 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Jainisme, bilangan 5 merupakan simbol dari "Pancha Paramesthi", atau 5 dewa yang dianggap sebagai simbol kekuatan dan keabadian dalam hidup. Bilangan 5 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang kebahagiaan dan keberuntungan.

Bilangan 7 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Jainisme, bilangan 7 merupakan simbol dari "Sapta Tirthankara", atau 7 dewa yang dianggap sebagai simbol kekuatan dan keabadian dalam hidup. Bilangan 7 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang kebahagiaan dan keberuntungan.

10.      Agama Shinto

Di agama Shintō, bilangan 4 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Shintō, bilangan 4 merupakan simbol dari "Shiju-hachidai", atau 4 elemen yang dianggap sebagai simbol kekuatan dan keabadian dalam hidup. Bilangan 4 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang keberuntungan dan kebahagiaan.

11.      Agama Taoisme

Di agama Taoisme, bilangan 3 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Taoisme, bilangan 3 merupakan simbol dari "San Qiang", atau 3 kekuatan yang dianggap sebagai simbol kekuatan dan keabadian dalam hidup. Bilangan 3 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang keberuntungan dan kebahagiaan.

Bilangan 8 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Tao, bilangan 8 merupakan simbol dari "Ba Gua", atau 8 simbol yang dianggap sebagai simbol kekuatan dan keabadian dalam hidup. Bilangan 8 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang keberuntungan dan kebahagiaan.

Bilangan 9 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Tao, bilangan 9 merupakan simbol dari "Jiu Zhong", atau 9 tingkatan keabadian yang dianggap sebagai simbol keabadian dan kekekalan dalam hidup.

12.      Agama Sikhisme

Di agama Sikhisme, bilangan 10 memiliki makna yang sangat khusus. Menurut ajaran Sikhisme, bilangan 10 merupakan simbol dari "Dasvandh", atau 10 persen dari pendapatan yang harus diberikan sebagai zakat kepada yang membutuhkan. Bilangan 10 juga sering dianggap sebagai bilangan yang memiliki makna simbolik tentang keadilan dan kebenaran.

Sebagai informasi tambahan, bilangan tidak hanya memiliki makna simbolik dalam agama-agama saja, tetapi juga dapat memiliki makna simbolik dalam berbagai bidang lain, seperti matematika, astrologi, dan bahkan seni.

Demikian tentang makna bilangan-bilangan tertentu dalam berbagai agama di dunia yang disadur dari berbagai sumber.

Semoga tulisan ini dapat membantu Anda memahami lebih dalam tentang kajian bilangan dalam agama-agama dunia.

Jumat, 23 Desember 2022

Bilangan : Dari Masa Ke Masa

Amiruddin, S.Pd, Guru MTsN 1 Tana Toraja

Simbol, Mesir Kuno
              Bilangan merupakan salah satu konsep dasar dalam matematika yang telah ada sejak zaman dahulu. Sejak awal manusia mengembangkan sistem penulisan dan pemahaman terhadap bilangan, bilangan tersebut telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Sejarah perkembangan bilangan sangatlah panjang dan kompleks. Pada awalnya, manusia menggunakan tanda-tanda seperti garis, titik, atau tanda tangan untuk menunjukkan jumlah sesuatu. Kemudian, manusia mulai menggunakan simbol-simbol untuk mewakili jumlah sesuatu, seperti simbol satu jari untuk menunjukkan jumlah satu, atau simbol dua jari untuk menunjukkan jumlah dua.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, sistem penulisan bilangan pun terus berkembang. Pada zaman kuno, manusia di berbagai budaya menggunakan sistem bilangan yang berbeda-beda, seperti sistem bilangan awal, sistem bilangan romawi, atau sistem bilangan Hindu-Arab.

Sistem bilangan awal adalah sistem bilangan yang pertama kali dikembangkan oleh manusia. Sistem ini hanya menggunakan tanda satu jari untuk menunjukkan jumlah satu, tanda dua jari untuk menunjukkan jumlah dua, dan seterusnya. Sistem ini sangat sederhana namun tidak efisien untuk menyatakan bilangan yang lebih besar.

Sistem bilangan romawi adalah sistem bilangan yang dikembangkan oleh orang Romawi kuno. Sistem ini menggunakan huruf-huruf dari abjad Latin untuk menyatakan bilangan, dengan I sebagai bilangan satu, V sebagai bilangan lima, dan X sebagai bilangan sepuluh. Sistem ini lebih efisien dibandingkan sistem bilangan awal, namun masih terbatas dalam menyatakan bilangan yang lebih besar.

Sistem bilangan Hindu-Arab adalah sistem bilangan yang paling umum digunakan saat ini. Sistem ini dikembangkan dari sistem bilangan Hindu yang

dikembangkan oleh orang India kuno, dan kemudian diadopsi oleh orang Arab pada abad ke-7. Sistem ini menggunakan angka-angka nol sampai sembilan untuk menyatakan bilangan, dengan nol sebagai bilangan kosong dan angka lainnya sebagai bilangan bulat. Sistem ini sangat efisien dan mudah dipahami, sehingga sekarang ini merupakan sistem bilangan yang paling umum digunakan di seluruh dunia.

Itulah sedikit sejarah perkembangan bilangan dari masa ke masa. Meskipun sistem penulisan bilangan telah berkembang dengan pesat, konsep bilangan itu sendiri tetap sama: bilangan merupakan simbol yang digunakan untuk menyatakan jumlah atau banyak sesuatu. Kita dapat melihat betapa pentingnya bilangan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari menghitung uang yang kita miliki, mencatat waktu, hingga menghitung jumlah sesuatu dalam dunia matematika.

Semoga tulisan ini dapat membantu Anda memahami lebih dalam tentang sejarah perkembangan bilangan dari masa ke masa.

Bilangan dalam Sebuah Definisi

Oleh : Amiruddin, S.Pd, Guru MTsN 1 Tana Toraja

Bilangan Biner

                    Bilangan merupakan salah satu konsep dasar dalam matematika yang sangat penting untuk dipahami. Bilangan dapat digunakan untuk menyatakan jumlah atau banyak sesuatu, seperti jumlah orang dalam sebuah kelompok, jumlah buah yang ada dalam sebuah keranjang, atau banyak sesuatu lainnya.

Selain itu, bilangan juga dapat digunakan untuk menunjukkan posisi sesuatu dalam sebuah urutan atau daftar. Misalnya, kita dapat menggunakan bilangan untuk menunjukkan nomor urut dalam sebuah daftar, atau posisi sesuatu dalam sebuah urutan.

Dalam matematika, kita juga dapat menggunakan bilangan untuk melakukan berbagai operasi seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Misalnya, kita dapat melakukan penjumlahan antara dua bilangan dengan menambahkan kedua bilangan tersebut, atau melakukan pengurangan dengan mengurangi salah satu bilangan dari yang lain.

Namun, sebelum kita memahami bagaimana bilangan digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau dalam dunia matematika, ada baiknya kita terlebih dahulu memahami apa itu bilangan dan bagaimana bilangan tersebut didefinisikan.

Secara umum, bilangan dapat didefinisikan sebagai suatu kategori dari simbol-simbol yang digunakan untuk menyatakan jumlah atau banyak sesuatu. Bilangan dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, seperti bilangan bulat, bilangan rasional, bilangan irrational, dan bilangan kompleks.

Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan nol dan bilangan negatif serta bilangan positif. Bilangan bulat dapat dituliskan dengan menggunakan tanda positif atau negatif di depan bilangan.

Contoh bilangan bulat adalah -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya.

Bilangan bulat dapat digunakan untuk menyatakan jumlah atau banyak sesuatu. Misalnya, kita dapat menggunakan bilangan bulat untuk menyatakan jumlah orang dalam sebuah kelompok, jumlah buah yang ada dalam sebuah keranjang, atau banyak sesuatu lainnya.

Bilangan bulat juga dapat digunakan untuk menunjukkan posisi sesuatu dalam sebuah urutan atau daftar. Misalnya, kita dapat menggunakan bilangan bulat untuk menunjukkan nomor urut dalam sebuah daftar, atau posisi sesuatu dalam sebuah urutan.

Dalam matematika, kita juga dapat menggunakan bilangan bulat untuk melakukan berbagai operasi seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Misalnya, kita dapat melakukan penjumlahan antara dua bilangan bulat dengan menambahkan kedua bilangan tersebut, atau melakukan pengurangan dengan mengurangi salah satu bilangan dari yang lain.

Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dituliskan dalam bentuk pembagian antara bilangan bulat, misalnya 1/2, 3/4, 5/6, dan sebagainya.

Bilangan irrational adalah bilangan yang tidak dapat dituliskan dalam bentuk pembagian antara bilangan bulat, seperti pi (3,14...) atau e (2,718...).

Bilangan kompleks adalah bilangan yang terdiri dari sebuah bilangan riil dan sebuah bilangan imajiner. Bilangan imajiner adalah bilangan yang memiliki akar dari bilangan negatif, dan dituliskan dengan menggunakan simbol "i" diikuti dengan akar bilangan negatif tersebut. Contoh bilangan kompleks adalah 3 + 4i, atau 5 - 2i.

Dalam matematika, bilangan juga dapat digunakan untuk melakukan berbagai operasi seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Misalnya, kita dapat melakukan penjumlahan antara dua bilangan dengan menambahkan kedua bilangan tersebut, atau melakukan pengurangan dengan mengurangi salah satu bilangan dari yang lain.

Selain itu, bilangan juga dapat digunakan untuk menunjukkan posisi sesuatu dalam sebuah urutan atau daftar. Misalnya, kita dapat menggunakan bilangan untuk menunjukkan nomor urut dalam sebuah daftar, atau posisi sesuatu dalam sebuah urutan.

Rabu, 21 Desember 2022

Pandangan Moderat dalam Percaturan Kehidupan Global

Oleh : Penasagala, Anggota PC. Ansor Toraja Raya

Ilustrasi, Muslim Futuristik

Islam adalah salah satu agama yang dianut oleh jutaan orang di seluruh dunia. Namun, terdapat beberapa pandangan yang berbeda tentang interpretasi ajarannya, terutama dalam hal hubungan antara agama dan politik. Ada yang berpendapat bahwa Islam harus mengambil peran aktif dalam politik, sementara yang lain berpendapat bahwa agama harus terlepas dari politik.

Moderat adalah pendirian yang menekankan pada prinsip moderasi dalam menghadapi masalah di masyarakat. Pendirian ini menekankan pada keadilan, kesetaraan dan kesejahteraan, serta menghargai perbedaan yang ada.

Inklusif artinya tidak membeda-bedakan seseorang berdasarkan latar belakangnya, tetapi menghargai perbedaan itu sebagai kekayaan yang harus dihargai dan potensi kekuatan yang dapat dikembangkan bersama.

Toleran adalah pendirian yang mampu menerima dan menghargai pendapat atau pemahaman yang berbeda, serta tidak mudah terprovokasi.

"Pemahaman moderat yang inklusif dan toleran, adalah pemahaman yang menekankan pada prinsip moderasi, menghargai perbedaan, dan mendorong terjadinya dialog dan komunikasi efektif sebagai bentuk sinergitas dari perbedaan tersebut. Pendirian ini diharapkan dapat membantu membangun masyarakat yang lebih sejahtera dan harmonis."

Generasi muda Islam saat ini berada pada posisi yang unik untuk mempengaruhi pendirian umat Islam masa depan. Mereka memiliki akses yang luas terhadal informasi dan teknologi, serta terbiasa dengan kehidupan global yang terkoneksi. Sehingga, mereka memiliki peluang untuk mengembangkan pemahaman moderat tentang hubungan antara agama dan politik yang bersifat inklusif.

Tujuannya adalah mengintegrasikan ajaran Islam ke dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang tidak mengabaikan hak individu atau minoritas. Hal ini penting, karena di era globalisasi ini, kita harus bisa hidup dan mampu bekerja sama dengan orang dari berbagai latar belakang.

Untuk mengembangkan paham moderat ini, maka agama tidak boleh menjadi alat untuk mengontrol atau memperbudak orang lain, tetapi mestinya menjadi sumber inspirasi dalam membangun masyarakat adil dan sejahtera bagi semua orang, tanpa terkecuali.

Agama tidak boleh menjadi alasan untuk menolak perubahan dan perkembangan teknologi atau ilmu pengetahuan, tetapi mestinya menjadi sumber ilmu pengetahuan dan teknologi demi kebaikan umat manusia. Ia harusnya menjadi inspirasi dalam menemukan cara untuk menghadapi dan menangani perubahan dan mengarungi kemajuan yang ada. Tentu saja dengan cara yang sesuai dengan prinsip moral yang dibawah oleh Nabi Muhammad saw.

Dengan demikian, pikiran akan terbuka, siap mendengar dan berinteraksi dengan orang lain yang mungkin memiliki pandangan dan kepercayaan yang berbeda. Siap bersinergi dengan orang dari latar belakang berbeda. Siap berdialog dengan hormat dan terbuka, untuk belajar dan menggali pemahaman lebih dalam tentang kompleksitas dunia.

Hal ini, akan memunculkan kesadaran untuk pro aktif mencari informasi yang beragam dan berimbang, serta tidak tergantung pada satu sumber yang mungkin biased atau ekstrem. Sehingga keputusan akan terinformasi dan pendapat akan terarah, mengenai isu-isu penting yang relevan.

Masa depan Islam tergantung pada tindakan dan kepercayaan generasi muda. Dengan mengembangkan pemahaman moderat yang inklusif dan toleran, maka mereka dapat memainkan peran vital dalam menentukan arah Islam di dunia global yang damai dan harmonis. 

Mempromosikan pendirian moderat dapat dilakukan dengan terlibat pada kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan ajaran Islam moderat.

Misalnya, mengikuti kegiatan kajian ke-Islam-an, seperti kelas keagamaan atau kegiatan pemahaman Islam yang diadakan oleh komunitas atau organisasi keagamaan juga membaca dan mempelajari sumber yang dapat memberikan pemahaman seimbang tentang Islam, termasuk teks klasik atau terjemahan yang dipandu oleh pemahaman moderat atau berdiskusi dengan orang yang memiliki pandangan berbeda tentang ajaran Islam, dan mencoba untuk memahami pandangan mereka dengan cara yang toleran dan terbuka.

Dengan terlibat dalam kegiatan seperti itu, maka pemahaman tentang ajaran Islam akan semakin kuat, pandangan moderat yang didasarkan pada pemahaman yang seimbang dan terbuka pun akan berkembang. Hal ini akan membantu untuk terhindar dari pandangan yang ekstrem dan intoleran.

Dengan demikian, generasi muda Islam memiliki peran penting dalam mempromosikan pandangan moderat di kancah percaturan kehidupan global saat ini, menuju masyarakat yang adil dan sejahtera bagi semua orang.

Menebarkan pesan moderasi, inklusifisme dan toleran, juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial dan teknologi modern saat ini, dengan membagikan konten yang relevan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan ajaran Islam dengan berbagai perbedaan.

Menggunakan media sosial untuk berinteraksi dengan orang dari berbagai latar belakang, dan mencoba untuk memahami pandangan mereka dengan cara yang toleran dan terbuka.

Dengan menggunakan media sosial dan teknologi modern, pesan-pesan yang inklusif dan toleran, dapat disebarkan dengan mudah kepada jutaan orang di seluruh dunia.

Salah satu tantangan yang dihadapi dalam mempromosikan pandangan moderat adalah adanya pengaruh negatif dari pihak yang menyebarkan pandangan ekstrem.

Untuk menghadapi tantangan ini, maka diperlukan pemahaman yang kuat tentang ajaran Islam moderat. Hal ini penting agar generasi muda Islam dapat memahami dan menghargai perbedaan yang ada, serta memiliki kemampuan untuk menolak pengaruh negatif.

Diperlukan pula keterampilan kritikal thinking yang baik, yaitu kemampuan untuk mempertanyakan dan mengevaluasi sumber informasi yang ada. Hal ini penting agar kita dapat memahami dan mengevaluasi informasi yang diterima, serta memiliki kemampuan untuk membedakan antara informasi yang berkualitas dan informasi yang tidak berkualitas.

Untuk meningkatkan keterampilan kritikal thinking, maka perlu terlibat dalam kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, seperti kelas atau kegiatan pengembangan diri. Juga membaca dan mempelajari sumber yang memberikan pemahaman yang seimbang tentang ajaran Islam.

Sebagai yang akan memimpin di masa depan, seyogyanya pula generasi muda Islam mengikuti perkembangan terbaru dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan perkembangan masyarakat lainnya, serta memahami bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi pandangan dan persepsi.

Memiliki kemampuan untuk mengelola dan menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat secara inklusif dan toleran, serta memperjuangkan hak individu atau kelompok tertentu, juga memiliki kemampuan untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bertujuan untuk mempromosikan pandangan moderat, serta membina hubungan yang positif dengan pihak lain yang berkepentingan.

Untuk dapat bekerja sama dengan pihak lain yang berbeda latar belakang, maka harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, juga kemampuan untuk mendengarkan dan memahami pandangan yang berbeda.

Kementerian Agama Republik Indonesia adalah salah satu lembaga pemerintah yang juga memiliki peran penting dalam mempromosikan pandangan moderat tersebut, terutama melalui kebijakan yang memberikan akses sama bagi semua umat beragama dalam memahami dan menebarkan ajaran masing-masing yang inklusif dan toleran.

Oleh karena itu, penting bagi generasi muda Islam dan Kementerian Agama Republik Indonesia untuk terus mengembangkan dan memperjuangkan membuminya pandangan moderat di tengah percaturan kehidupan global yang kompleks dan dinamis, agar ajaran Islam moderat yang inklusif dan toleran, dapat terus digaungkan dengan bangga, sebagai umat terbaik. Kuntum Khoiro Ummah.


KALENDER AKADEMIK MTsN 1 TANA TORAJA 2025-2026

Kalender Akademik MTsN 1 Tana Toraja 2025/2026 Kalender...